RECOGNIZING “LOCAL RELIGION”
THE CHALLENGE OF CHRISTIAN THEOLOGY IN INDONESIA
Isi Artikel Utama
Abstrak
Indonesia mempunyai keberagaman agama yang sangat luar biasa. Tidak hanya agamaagama besar atau agama dunia yang hidup di Indonesia, namun juga agamaagama lokal yang ada di dalam masingmasing kelompok suku. Ironisnya, agamaagama atau kepercayaan lokal yang berbasis di dalam sukusuku di Indonesia itu dipandang sebagai bagian dari budaya. Mereka tidak dapat diidentifikasi sebagai agama karena tidak sesuai dengan kriteria agama dunia yakni memiliki ajaran monoteis, memiliki nabi, memiliki kitab suci dan memiliki pengikut transnasional. Padahal, Indonesia memiliki ideologi Pancasila secara khusus sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” untuk merangkul semua agama dan kepercayaan di Indonesia. Oleh karena itu, Kekristenan, memiliki tanggung jawab teologis untuk mengangkat keberagaman agama ini, dan tidak selalu saja memaksakan ukuranukuran yang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh agamaagama lokal yang ada di Indonesia. Untuk itu, dalam tulisan ini sila pertama Pancasila akan dilihat dari kerangka pendekatan dialog intra-religious yang ditawarkan oleh Raimundo Panikkar dan pneumatology yang ditawarkan oleh Amos Yong, sehingga pada akhirnya dapat dilihat bahwa Kek ristenan juga mampu berperan secara teologis dalam mengem bangkan penghargaan terhadap agamaagama atau kepercayaan lokal yang berbasis pada sukusuku di Indonesia.
Rincian Artikel

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.